Bata ringan AAC, alternatif murah dan cepat untuk pengerjaan dinding
Tulisan ini adalah bagian terakhir mengenai bahan konstruksi dinding.
Kali ini kita akan membahas mengenai material yang boleh dibilang baru,
tetapi sudah banyak dipilih sebagai bahan konstruksi dinding, yaitu bata
ringan.
Istilah ‘bata ringan’ sendiri sebenernya adalah salah kaprah, karena istilah untuk material semacam ini adalah AAC (Autoclave Aerated Concrete) dan CLC (Cellular Lightweight Concrete),
yang lebih merujuk kepada material beton, sehingga lebih tepat bila
disebut sebagai ‘beton ringan’. Tetapi masyarakat sudah terlanjur
familiar dengan istilah ‘bata ringan’.
Baik AAC maupun CLC, dibuat dengan bahan utama semen, pasir, dan air.
Keduanya memakai prinsip yang hampir sama, yaitu menambahkan
gelembung-gelembung udara pada campuran beton, sehingga volume beton
mengembang dan bersifat lebih perforateddaripada
beton biasa. Otomatis bobotnya akan jauh lebih ringan daripada beton
biasa, bahkan bisa mengapung di air. Pada bata ringan AAC digunakan
aluminium pasta sebagai pengembang, dan pengerasan dilakukan di dalam
bilik yang bertekanan dan bersuhu tinggi. Proses ini biasa diterapkan
pada industri skala besar. Sedangkan CLC, menggunakan foam agent yang
dicampurkan dengan mixer pada adukan beton untuk memunculkan micro bubble di
dalam adukan beton. Proses pendinginan dilakukan pada udara terbuka,
sehingga biasa diterapkan pada industri bata ringan skala kecil.
Material bata ringan yang berada di pasaran ada 2 macam, yang berwarna
putih dan agak abu-abu. Perbedaannya terletak pada jenis pasir yang
menjadi bahan pembuatnya. Bata ringan yang berwarna putih menggunakan
bahan dasar pasir silika yang berwarna putih, sedangkan bata ringan yang
berwarna abu-abu menggunakan pasir biasa. Secara perbandingan kekuatan,
tidak terlalu jauh berbeda untuk keduanya.
Spesifikasi teknis material bata ringan adalah sebagai berikut :
- Ukuran panjang 60cm, tinggi 20cm, dengan tebal bervariasi, mulai 7,5cm, 10cm, dan seterusnya.
- Berat jenis normal : 650 kg/m3
- Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
- Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
- Tebal spesi : 3 mm (dengan semen instan), 5 mm (dengan semen biasa)
- Ketahanan terhadap api : 4 jam
- Jumlah kebutuhan bata ringan per 1 m2 : 8 – 9 buah
- Harga Rp. 14.500 / bh untuk bata ringan dengan tebal 10cm
Kelebihan material bata ringan :
- Ukuran material sangat presisi, sehingga adukan pasangan dan acian bisa sangat tipis. Dimungkinkan tanpa plesteran.
- Bata ringan mudah dipotong, sehingga meminimalkan construction waste.
- Pada proses pemasangan dan aci, sama sekali tidak memerlukan pasir, sehingga lingkungan kerja jauh lebih rapi, karena tidak ada dropping pasir dan pengadukan campuran.
- Ukuran besar, sehingga waktu konstruksi akan jauh lebih cepat.
- Ringan, sehingga akan jauh mengurangi beban pada konstruksi bangunan.
- Insulasi panas dan suara sangat baik.
Kekurangan material bata ringan :
- Harga material mahal. Untuk satu bidang dinding diperlukan bata ringan seharga 8 x Rp. 14.500 = Rp. 116.000,-
- Perlu tukang dengan keahlian khusus untuk memasang bata ringan. Kalau dipasang asal-asalan, kepresisian akan hilang.
- Beberapa jenis bata ringan harus dipasang dengan semen khusus (semen instan), walaupun ada beberapa jenis yang bisa dipasang dengan semen biasa. Tanyakan hal ini pada supplier bata ringan pada saat membeli.
- Tidak bisa dipaku karena material bersifat perforated. Bila ingin menggantung lukisan atau furniture di dinding dengan bata ringan, harus menggunakan baut dengan fisher.
Cara pemasangan bata ringan mirip dengan pemasangan bata biasa atau
batako. Perbedaannya adalah seluruh proses pemasangan harus sangat
teliti, bila tidak maka tingkat kepresisian tidak akan tercapai sehingga
pasangan dan acian menjadi boros. Jidar aluminium dan waterpass mutlak
harus dipergunakan. Untuk menjaga supaya adukan pasangan (baik dengan
semen instan maupun semen biasa) bisa mempunyai ketebalan yang sama,
maka digunakan sendok khusus yang mempunyai gigi-gigi persegi di
ujungnya yang biasa disebut roskam. Dengan roskam ini akan diperoleh
pasangan setebal 3-5 mm. Beda dengan bata merah dan batako, pasangan ini
hanya menggunakan campuran semen dan air saja, tanpa pasir.
Setelah dinding bata ringan terpasang, tidak perlu diplester. Bisa
langsung diaci dengan semen instan atau semen biasa. Biasanya acian
diaplikasikan setebal 5-7mm. Sebetulnya dinding bata ringan boleh-boleh
saja diplester, tetapi justru kelebihan material ini adalah kepresisian
yang tinggi sehingga diharapkan dinding yang dihasilkan sudah akan
langsung rata dan bisa langsung diaci. Tunggu 3-4 hari hingga acian
kering betul, barulah diaplikasikan finishing dinding seperti cat dan
wallpaper.
Material bata ringan sangat cocok bila dipakai pada bangunan yang
bertingkat banyak (3 lantai ke atas). Karena sangat ringan, akumulasi
bobot material pada jumlah lantai yang banyak akan jauh lebih ringan
daripada material bata biasa, sehingga mengurangi beban struktur. Bobot
yang ringan juga akan jauh mempermudah delivery material ke
lantai-lantai atas. Pengerjaan yang cepat akan mereduksi beban tenaga
kerja. Jadi harga material dasar bata ringan yang lebih mahal akan
terkonversi dalam desain struktur yang lebih murah (karena beban lebih
ringan) dan biaya tenaga kerja yang lebih murah karena waktu pengerjaan
lebih singkat.
0 Response to "Bata ringan AAC, alternatif murah dan cepat untuk pengerjaan dinding "
Posting Komentar